Tamyiz

(Hlm. 85-92)

  1. Tamyiz adalah isim nakirah manshub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari kata sebelumnya yang belum jelas (atau dengan makna lain, Tamyiz adalah setiap isim nakirah yang mengandung makna “ مِنْ “ untuk menjelaskan kata sebelumnya yang masih global)

Contoh:

اِشْتَرَيتُ قِنْطَارًا قَمْحًا

Aku telah membeli satu kwintal gandum.

Seandainya kita katakan:

اِشْتَرَيتُ قِنْطَارًا

kemudian kita diam niscaya pendengar tidak akan memahami apakah kita membeli satu kwintal kacang, kapas, gandum atau yang selainnya, hal tersebut karena kata kwintal masih belum jelas dimana bisa untuk berbagai macam barang. Ketika kita katakan gandum,berarti kita telah membedakan maksud dari kwintal tersebut.

Kata kwintal ini dinamakan mumayyaz dan gandum dinamakan tamyiz.

Berikut ini penjelasan bagi setiap tamyiz dan mumayyaz.

  1. Mumayyaz

Mumayyaz ada dua macam:

a. Mumayyaz malfuzh, yaitu mumayyaz yang disebutkan dalam kalimat.

Mumayyaz malfuzh berupa:

  • Isim wazan (timbangan).

Contoh:

اِشْتَرَيتُ دِرْهَمًا ذَهَبًا

Aku telah membeli satu dirham emas.

  • Isim kail (takaran).

Contoh:

بَاعَ الفَلَّاحُ إِرْدَبًّا قَمْحًا

Petani itu menjual satu irdab gandum[1].

  • Isim masahah (luas).

Contoh:

زَرَعْتُ فَدَّانًا شَعِيرًا

Aku telah menanam satu acre (0,42 ha) gandum.

  • Isim ‘adad (bilangan)

يَتَرَكَّبُ اليَومُ مِنْ أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ سَاعَةً

Sehari terdiri dari 24 jam.

(Akan datang penjelasan bentuk-bentuk bilangan, i’rab dan bina’nya pada pasal yang akan datang)

b. Mumayyaz malhuzh, yaitu tidak disebutkan mumayyaznya, dan tamyiz merupakan perubahan dari mubtada’, fa’il atau maf’ul bih.

Contoh:

المُدَرِّسُ أَكْثَرُ مِنَ الطَّالِبِ خِبْرَةً

Guru lebih banyak daripada murid ilmunya.

(خِبْرَةً : Tamyiz manshub)

Asal kalimatnya adalah:

خِبْرَةُ المُدَرِّسِ أَكْثَرُ مِنِ خِبْرَةِ الطَّالِبِ

Ilmu guru lebih banyak daripada ilmu murid.

Tamyiz di sini merupakan perubahan dari mubtada’.

Contoh:

طَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا

Muhammad baik jiwanya.

(نَفْسًا : Tamyiz manshub dengan fathah)

Asal kalimatnya adalah:

طَابَتْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ

Jiwa Muhammad baik.

Tamyiz di sini merupakan perubahan dari fa’il.

Contoh:

غَرَسْتُ الأَرْضَ شَجَرًا

Aku menanami tanah pohon.

(شَجَرًا : Tamyiz manshub dengan fathah)

Asal kalimatnya di sini adalah:

غَرَسْتُ شَجَرَ الأَرْضِ

Aku menanam pohon di tanah.

Tamyiz di sini merupakan perubahan dari maf’ul bih.

  1. Tamyiz dan hukum i’rabnya.

a. Tamyiz malhuzh selalu manshub sebagaimana dalam contoh-contoh yang telah lewat.

b. Tamyiz malfuzh menjadi manshub apabila mumayyaz berupa isim wazan, kail atau masahah, sebagaimana dalam contoh-contoh yang lewat.

Boleh juga memajrurkan tamyiz malfuzh dengan idhafah atau dengan “ مِنْ “.

Contoh:

اِشْتَرَيتُ جِرَامًا ذَهَبًا

Atau:

 اِشْتَرَيتُ جِرَامَ ذَهَبٍ

(Mudhaf ilaih).

Atau:

اِشْتَرَيتُ جِرَامًا مِنْ ذَهَبٍ

(Majrur dengan “ مِنْ “)

Aku membeli satu gram emas.

c. Adapun tamyiz ‘adad (yaitu isim nakirah yang terletak setelah ‘adad) bisa menjadi majrur atau manshub dengan rincian berikut ini:

– Tamyiz ‘adad dari 3 sampai 10 jama’ majrur.

Contoh:

رَأَيتُ أَرْبَعَةَ رِجَالٍ

Aku melihat 4 lelaki.

(رِجَالٍ : Tamyiz majrur dengan kasrah)

– Tamyiz ‘adad dari 11 sampai 99 mufrad manshub.

Contoh:

فِي الفَصْلِ ثَلَاثَةٌ وَثَلَاثُونَ طَالِبًا

Di kelas itu ada 33 pelajar.

(طَالِبًا : Tamyiz manshub dengan fathah)

– Tamyiz 100 dan 1.000 dan kelipatannya semuanya mufrad majrur.

Contoh:

حَضَرَ الحَفْلَ أَرْبَعُمِائَةِ شَابٍّ

Perayaan itu dihadiri 400 pemuda.

(شَابٍّ : Tamyiz majrur dengan kasrah)

  1. Bentuk-bentuk ‘adad.

‘Adad mempunyai bentuk yang beragam, bisa jadi mufrad ( contoh: 4, 5 dan 6), atau murakkab[2] bersama puluhan (contoh: 14, 15, 16, dst…) atau ma’thuf dan ma’thuf alaih (contoh: 24, 25, 26).

Bilangan 20, 30, 40, 50 dst…. dinamakan lafadz ‘uqud[3].

  1. ‘Adad dari segi I’rab dan Bina’

Semua ‘adad mu’rab, yaitu marfu’, manshub atau majrur sesuai kedudukannya dalam kalimat, kecuali ‘adad dari 11 sampai 19, semuanya selalu mabni dengan fathah pada kedua sisinya, kecuali adad 12 ( اثْنَا عَشَرَ dan اثْنَتَا عَشْرَةَ)[4] keduanya dii’rab sisi pertamanya sebagaimana i’rabnya mutsanna dan dimabnikan sisi ke dua atas fathah.

Contoh:

قَرَأْتُ أَرْبَعَةَ كُتُبٍ

Aku membaca empat kitab.

(أَرْبَعَةَ : Maf’ul bih manshub dengan fathah – كُتُبٍ : Tamyiz majrur dengan kasrah)

اِدْفَعُوا مَبْلَغَ خَمْسَةٍ وَعِشْرِينِ قِرْشًا

Berikanlah senilai 25 irsh[5].

(خَمْسَةٍ : Mudhaf ilaih majrur dengan kasrah – عِشْرِينِ : Ma’thuf kepada mudhaf ilaih majrur dengan ya’ karena menyerupai jama’ mudzakkar salim – قِرْشًا : Tamyiz manshub dengan fathah)

اِدْفَعُوا مَبْلَغًا وَقَدْرُهُ سَبْعَةٌ وأَرْبَعُونَ جُنَيهًا

Berikanlah sejumlah uang sebesar 47 gineih/pound.

(قَدْرُهُ : Mubatada’ marfu’ dengan dhammah, Ha’ : Dhamir mabni pada posisi jar mudhaf ilaih – سَبْعَةٌ : Khabar mubtada’ marfu’ dengan dhammah – أَرْبَعُونَ : Ma’thuf kepada سَبْعَةٌ marfu’ dengan wawu karena ia menyerupai jama’ mudzakkar salim – جُنَيهًا : Tamyiz manshub dengan fathah)

نَجَحَ ثَلَاثَةَ عَشَرَ طَالِبًا

Tiga belas pelajar telah lulus.

(ثَلَاثَةَ عَشَرَ : Mabni atas fathah pada dua sisinya, pada posisi rafa’ fa’il – طَالِبًا : Tamyiz manshub dengan fathah)

حَضَرَ اثْنَا عَشَرَ طَالِبًا وَكَتَبُوا اثْنَيْ عَشْرَةَ رِسَالَةً

Telah hadir 12 siswa dan mereka menulis 12 surat.

(اثْنَا عَشَرَ : Fa’il, bagian pertama yaitu اثْنَا marfu’ dengan alif karena ia dii’rab seperti i’rabnya mutsanna, عَشَرَ : Mabni atas fathah – اثْنَي عَشْرَةَ : Maf’ul bih, Bagian pertama, yaitu اثْنَي manshub dengan ya’ karena ia dii’rab seperti i’rabnya mutsanna,  عَشْرَةَ : Mabni atas fathah)

  1. ‘Adad dari segi Mudzakkar dan Muannats

a. Dua bilangan 1 dan 2 selalu mencocoki ma’dud[6] dari segi mudzakkar dan muannats, sama saja apakah mufrad, murakkab atau ma’thuf kepada keduanya.

– Bilangan 1 mempunyai dua lafadz, yaitu: وَاحِدٌ muannatsnya وَاحِدَةٌ dan أَحَدٌ muannatsnya إِحْدَى.

– Bilangan 2 lafadz-lafadznya:

اثْنَانِ  dan اثْنَتَانِ  pada posisi marfu’ ,  اثْنَينِ dan اِثْنَتَينِ pada posisi nashab dan jar[7].

Nun dihapus apabila ‘adad 2 murakkab bersama  عَشْرَة.

Contoh:

بِالقَرْيَةِ مَدْرَسَةٌ وَاحِدَةٌ

Di desa itu ada satu sekolah.

بَعْضُ الشُّهُورِ وَاحِدٌ وثَلَاثُونَ يَومًا

Sebagian bulan ada 31 hari.

رَأَى يُوسُفُ أَحَدَ عَشَرَ كَوكَبًا

Yusuf melihat 11 bintang.

تَعَلَّمْتُ بِإِحْدَى مَدَارِسِ طَنْطَا

Aku belajar di salah satu sekolah di Tanta.

لِي أَخَوَانِ اثْنَانِ وَأُخْتَانِ اثْنَتَانِ

Aku mempunyai dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuan.

عُمْرُ أُخْتِي اثْنَتَا عَشْرَةَ سَنَةً وَعُمْرِي اِثْنَتَانِ وَعِشْرُونَ سَنَةً

Umur saudara perempuanku 12 tahun dan umurku 22 tahun.

رَأَيتُ اثْنَينِ وَثَلَاثِينَ طَالِبًا

Aku melihat 32 siswa.

b. ‘Adad dari 3 sampai 9 kebalikan dari ma’dud secara mudzakkar dan muannats, sama saja apakah mufrad atau murakkab atau diathafkan. Ketika menentukan jenis dari ma’dud maka selalu diperhatikan kepada mufradnya (Misalnya 3 junaih, ditulis: ثَلَاثَةُ جُنَيهَاتٍ di mana mufrad dari ma’dud mudzakkar yaitu: جُنَيه )

Contoh:

قَرَأْتُ أَرْبَعَةَ كُتُبٍ

Aku membaca 4 buku.

بِالمَنْزِلِ خَمْسُ حُجُرَاتٍ

Di tempat tinggal itu ada 5 kamar.

نَجَحَ ثَلَاثَةَ عَشَرَ طَالِبًا

Telah lulus 13 siswa.

اِعْتَمَدَ القَرَارَ سَبْعٌ وَثَلَاثُونَ دَولَةً

Tiga puluh tujuh negara berpegang dengan keputusan itu.

c. ‘Adad 10 kebalikan dari ma’dud apabila mufrad, dari jenis ma’dud dan murakkab.

Pada asalnya huruf ( شِيْن ) pada ‘adad 10 difathah ( عَشَرَ ), boleh juga disukun apabila bersambung dengan ta’ ( عَشْرَةَ ).

Sebagaimana dijelaskan dalam pasal sebelumnya, bahwa ‘adad 10 mu’rab apabila mufrad dan selalu mabni atas fathah apabila murakkab.

Contoh:

حَضَرَ عَشْرَةُ رِجَالٍ

Telah hadir 10 lelaki.

قَابَلْتُ عَشَرَ سَيِّدَاتٍ

Aku menemui 10 nyonya.

مَكَثْنَا فِي الإِسْكَنْدَرِيَّةِ أَرْبَعَةَ عَشَرَ يَومًا وَخَمْسَ عَشْرَةَ لَيلَةً

Aku tinggal di Iskandariyah 14 hari 15 malam.

d. Lafadz-lafadz ‘uqud /puluhan (dari 20-90), 100, 1.000 dan kelipatannya tidak berbeda bentuknya ketika bersama ma’dud dari segi mudzakkar dan muannats, sama saja apakah mufrad atau murakkab atau di’athafkan.

Contoh:

 {وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيلَةً }

“Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa 30 hari.” (Al A’raf: 142)

المُسَافِرُ مِنَ القَاهِرَةِ إِلَى الإِسْكَنْدَرِيَّةِ يَقْطَعُ حَوَالَي مِائَتَينِ وَعِشْرِينَ كِيلُومِتْرًا

Musafir dari Kairo ke Iskandariyah itu menempuh jarak 220 km.

  1. Ta’rif ‘adad dengan ( ال )

Apabila ingin menta’rif ‘adad dengan ( ال ) maka:

– Apabila mufrad maka ( ال ) dimasukkan kepada isim setelah ‘adad (yaitu mudhaf ilaih).

Contoh:

جَاءَ سِتَّةُ الطَّلَبَةِ

Telah datang 6 pelajar.

اُسْتُدِلَّتْ خَمْسَةُ الدِّينَارَاتِ

Lima dinar itu telah dikutip.

– Apabila murakkab, maka ( ال ) dimasukkan kepada awalnya (yaitu bagian pertama).

Contoh:

قَضَينَا الخَمْسَةَ عَشَرَ يَومًا بِالمَصِيْفِ

Kami menghabiskan 15 hari di tempat liburan musim panas.

– Apabila berupa ma’thuf dan ma’thuf alaih, maka ( ال ) dimasukkan kepada dua bagiannya.

Contoh:

قَرَأْتُ الخَمْسَةَ وَالعِشْرِينَ كِتَابًا

Aku telah membaca 25 buku.

Dan diterapkan pula kaidah-kaidah yang telah dijelaskan tadi, yaitu yang berkaitan dengan tadzkir, ta’nits ‘adad,  i’rab dan bina’nya.

  1. Bentuk ‘adad dengan wazan ( فَاعِل ) untuk menunjukkan urutan.

Apabila ‘adad dibentuk dengan wazan ( فَاعِل ) yang menunjukkan kepada urutan, maka ‘adad mencocoki ma’dud dari segi tadzkir dan ta’nits pada semua keadaan  dan i’rab, kecuali ‘adad dari 11-19, yaitu mabni pada kedua bagiannya.

Contoh:

تُذَاعُ نَشْرَةُ الأَخْبَارِ فِي السَّاعَةِ الثَّامِنَةِ وَالنِّصْفِ

Buletin surat kabar itu disebarkan pada jam 8.30.

تَرْتِيبُ هذِه الطَّالِبَةِ الثَّالِثَةُ وَالعِشْرُونَ

Urutan siswi ini ke 23.

يَظْهَرُ القَمَرُ بَدْرًا فِي اللَيلَةِ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ مِنَ الشَّهْرِ العَرَبِيِّ

Bulan purnama nampak pada hari ke 14 bulan arabi (hijriyah).

  1. ‘Adad Kiasan

Ada beberapa kiasan yang bukan ‘adad akan tetapi menunjukkan kepada makna ‘adad. Oleh sebab itu dinamakan ‘adad kiasan. Lafadz-lafzadz kiasan yang terpenting adalah:

نَيِّف – كَذَا – كَمْ (الخَبَرِيَّة) – كَمْ الأِسْتِفْهَامِيَّة – بِضْع

a. بِضْع :

Kata بِضْع digunakan untuk menunjukkan kepada bilangan 3-9 dan kata ini mengambil hukum bilangan tersebut dari segi tadzkir, ta’nits dan tamyiz.

Contoh:

قَرَأْتُ بِضْعَ قَصَصٍ

Aku membaca beberapa (3-9) kisah.

(بِضْعَ : Maf’ul bih manshub dengan fathah – قَصَصٍ : Majrur dengan kasrah)

Perlu diperhatikan bahwa بِضْع datang pada contoh  yang lewat berkebalikan dengan ma’dud karena mengikuti ‘adad dari 3-9.

a.  كَمْ الأِسْتِفْهَامِيَّة dan كَمْ الخَبَرِيَّة

– كَمْ الأِسْتِفْهَامِيَّة untuk bertanya tentang ‘adad, membutuhkan jawaban dan tamyiznya mufrad manshub.

Contoh:

كَمْ مَدِينَةً شَاهَدْتَ؟

Berapa kota yang telah engkau lihat?

كَمْ كِتَابًا فِي المَكْتَبَةِ؟

Berapa kitab di perpustakaan itu?

Boleh pula memajrurkan tamyiznya كَمْ apabila masuk kepadanya huruf jar.

Contoh:

بِكَمْ قُرْشٍ اشْتَرَيتَ هذَا الكِتَابَ

Berapa irsh engkau membeli buku ini?

– كَمْ الخَبَرِيَّة memberi makna pemberitaan tentang banyaknya bilangan tanpa membutuhkan kepada jawaban dan tamyiznya mufrad majrur atau jama’ majrur dengan mengidhafahkan كَمْ kepada isim tersebut atau dengan huruf jar مِنْ.

Contoh:

!كَمْ نُقُودٍ أَنْفَقْتَ

Berapa banyak uang yang engkau infakkan!

Atau:

!كَمْ مِنْ نُقُودٍ أَنْفَقْتَ

!كَمْ كِتَابٍ عِنْدَكَ

Berapa banyak kitab yang engkau punya!

Atau:

كَمْ مِنْ كِتَابٍ عِنْدَكَ!

كَمْ dii’rab (istifhamiyyah atau khabariyyah) dengan rincian berikut ini:

– Pada posisi nashab, maf’ul bih, apabila diikuti oleh fi’il muta’addi (sebagaimana dalam contoh pertama pada semua keadaan).

– Pada posisi rafa’, mubtada’, apabila tidak diikuti oleh fi’il (sebagaimana dalam contoh ke dua pada semua keadaan).

c. كَذَا : Digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang banyak dan datang dalam bentuk sendirian, diulang atau di’athafkan. Tamyiznya manshub mufrad atau jama’.

Contoh:

حَضَرَ المُبَارَاةَ كَذَا مُتَفَرِّجًا

Pertandingan itu dihadiri oleh sekian penonton.

Atau:

كَذَا مُتَفَرِّجِينَ

Atau:

  كَذَا وَكَذَا مُتَفَرِّجِين

d. نَيِّف : Digunakan untuk menunjukkan kepada bilangan di antara dua puluhan, misalnya antara 20 dan 30, atau antara 30 dan 40, dan seterusnya[8].

Contoh:

قَرَأْتُ نَيِّفًا وَثَلَاثِينَ قِصَّةً

Aku membaca 30-an kisah.

[1] Satu irdab = 24 sha’, 1 sha’ = 4 mud
[2] Tersusun.
[3] Puluhan.
[4] Lafadz pertama mu’rab dan lafadz ke dua tetap mabni atas fathah.
[5] Satu irsh = Sepersepuluh gineih/pound mesir.
[6] Yang dihitung.
[7] Lafadz ( اِثْنَانِ ) dan ( اِثْنَتَانِ ) hamzahnya adalah hamzah washal, ketika lafadz ini berada di tengah kalimat maka hamzahnya tidak dibaca.
[8] Hanya digunakan untuk bilangan lebih dari puluhan, 1-3, misalnya 11-13, atau 21-23, dst. Adapun 4-9 dinamakan (  بِضْع ). (Al Mu’jam al Wasith)